Senin, 15 Desember 2014

Ektoparasit Pada Tubuh Tikus

Ektoparasit Pada Tikus
Ektoparasit adalah sejenis parasit yang hidupnya pada inangnya (hewan tuan rumah.[Hewan sejenis Ektoparasit ini juga dikenal dengan sebutan epizoa.Hewan ektoparasit yang hidup secara parasit pada tubuh lain ini hidup dipermukaan bagian luar tubuh atau bagian-bagian lain yang mudah di jangkau dari luar. Hewan jenis ektoparasit ini diketahui ada sekitar 50 jenis,akan tetapi yang banyak ditemui diantaranya adalah caplak, kutu, tengu, lalat dan tungau Parasit ini hidup pada hewan yang lebih besar, seperti kucing, anjing dan tikus.
Jenis Ektoparasit pada Tikus
Ektoparasit adalah parasit yang hidupnya menumpang di bagian luar dari permukaan tubuh inangnya. Ektoparasit yang dapat menginfestasi berbagai jenis tikus meliputi: 1) Kutu (lice); Polyplax spinulosa dan Hoplopleura pacifica, 2) Pinjal (flea); Xenopsylla cheopis, 3) Tungau (mite); Laelaps echidninus, 4) Caplak (tick); Ixodes sp. (Hartini 1985; Kadarsan et al. 1986). Sebagai hewan parasit, kutu, pinjal, tungau, dan caplak dapat menularkan berbagai macam organisme penyebab penyakit (Haryono et al. 2008).
Holopleura pacifica Ewing, 1924
H. pacifica (Gambar 1) merupakan kutu dari Subordo Anoplura. Berdasarkan klasifikasinya, H. pacifica tergolong ke dalam Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Phthiraptera, Subordo Anoplura, Famili Hoplopleuridae, Genus Hoplopleura, dan Spesies H. pacifica Ewing (Ewing 1935; Voss 1966). H. pacifica pertama kali ditemukan pada Rattus exulans di kepulauan Hawaii. H. pacifica adalah parasit umum rattus dan merupakan salah satu kutu yang paling banyak ditemukan di wilayah Asia-Pasifik seperti Laos, Malaya, Filipina, Thailand, dan Vietnam (Voss 1966). Jenis kutu ini mengalami proses metamorfosis tidak sempurna, yaitu telur-nimfa-imago. Seluruh siklus hidupnya terjadi di tubuh induk inang. Telur kutu akan menempel pada rambut-rambut inang dengan bantuan zat perekat yang dihasilkannya (Haryono et al. 2008).
Gambar 1 Morfologi Hoplopleura pacifica (Ventral), (a) kepala, (b) toraks, dan (c) abdomen (muslimin 2014).
Polyplax spinulosa Burmeister, 1839
P. spinulosa (Gambar 2) (syn. Haematopinus spinulosus Denny, 1842) adalah kutu yang termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Phthiraptera, Subordo Anoplura, Famili Polyplacidae, Genus Polyplax, Spesies P. spinulosa, dan merupakan ektoparasit pada Rattus (Pratt et al. 1966. P. spinulosa termasuk daftar 31 spesies dari Phthiraptera yang baru untuk daerah Eropa (alien spesies) dan dianggap penting bagi keanekaragaman hayati hewan (Kenis & Roques 2010). P. spinulosa merupakan jenis kutu pada tikus yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal, anemia, lemah, kehilangan berat badan dan bahkan kematian pada inang karena infeksi yang terlalu parah (Shiraze et al. 2013). Selain itu, kutu ini juga memiliki peran sebagai vektor dari Haemobartonell sp. Rata-rata siklus hidup kutu ini adalah 13 hari, memiliki ukuran kecil, yaitu berukuran mulai 1-10 mm, bermetamorfosis bertahap (paurometabola), tipe alat mulut menusuk dan mengisap (Calaby & Murry 1996; Shirazi et al. 2013).
Gambar 2 Morfologi Polyplax spinulosa (ventral), (a) kepala, (b) toraks, dan (c) abdomen (muslimin 2014).
Xenopsylla cheopis Rothschild, 1903
X. cheopis (Gambar 3) Secara sistematika, pinjal ini termasuk Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Siphonaptera, Famili Pulicidae, Genus Xenopsylla, Spesies X. cheopis, dan merupakan ektoparasit pada Rattus (Noble & Noble 1989). X. cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari Genus Rattus, dan merupakan vektor untuk penyakit pes dan murine tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi dan kemudian menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan kontribusi bagi black death (Sekra et al. 2010). Infestasi pinjal bahkan pernah menyebabkan epidemi pes di daerah Boyolali, Jawa Tengah pada akhir 1960an. Hal ini disebabkan pinjal dapat menularkan bakteri Yersinia pestis, penyebab penyakit pes, dari tikus ke manusia (Kadarsan et al. 1986). Siklus hidup jenis pinjal ini merupakan metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-pupa-imago. Larva yang baru menetas tidak memiliki tungkai. X. cheopis bentuk tubuh pipih ke samping, berukuran 3 mm. Seluruh tubuh tertutup rambut-rambut, tipe alat mulut berupa penusuk dan penghisap. Tungkai ke-3 dari pinjal berukuran lebih besar dan lebih panjang dari pada dua pasang tungkai lainnya sehingga memungkinkannya untuk melompat. Lompatannya sangat jauh dan tinggi dibandingkan ukuran tubuhnya (Haryono et al. 2008).
Gambar 3 Morfologi Xenopsylla cheopis, (a) kepala, (b) toraks, dan (c) abdomen (Muslimin 2014).
Laelaps echidninus Berlese, 1887
L. echidninus (Gambar 4) termasuk kelompok tungau dari Ordo Acariformes, Famili Laelapidae, Genus Laelaps, dan Spesies L. echidninus (Noble & Noble 1989). Kelompok tungau ini berukuran relatif kecil, memiliki panjang kurang dari 1 mm. Namun ada pula tungau besar yang dapat mencapai panjang 7 mm. L. echidninus memiliki gnathosoma terdiri dari epistoma, tritosternum (berfungsi dalam transport cairan tubuh), palpus yang beruas-ruas, kelisera, kornikuli, hipostoma berseta yang masing-masing sangat beragam dalam hal bentuk dan jumlah ruasnya tergantung pada kelompoknya. Kelisera pada L. echidninus teradaptasi untuk menusuk, menghisap atau mengunyah. Tubuh dilindungi oleh dorsal shield/scutum. L. echidninus memiliki stigma (alat pertukaran O2 dan CO2) yang letaknya bervariasi yaitu di punggung dorsal, antara pangkal tungkai/koksa ke-2 dan ke-3, di sebelah koksa ke-3 atau di antara kelisera. Letak stigma menjadi kunci penting untuk membedakan ordo tungau (Haryono et al. 2008).
Gambar 4 Morfologi Laelaps echidninus (ventral), (a) keliseral, (b) peritreme, (c) anus, dan (d) seta (muslimin 2014).
Ixodes sp. Latreille, 1795
Ixodes sp. (Gambar 5) termasuk kelompok Acarina dari Famili Ixodidae. Di Indonesia genus Ixodes dilaporkan hanya terdiri dari 4 spesies yaitu I. granulatus, I. spinicoxalis, I. werneri, dan I. kopsteini. Tiga spesies pertama adalah parasit pada tikus, sedang yang terakhir pada kelelawar (Kadarsan 1983). Caplak adalah ektoparasit penghisap darah pada hewan vertebrata. Memiliki ukuran lebih besar dari pada tungau. Panjang tubuh antara 2 sampai 30 mm. Selain ukurannya, caplak dibedakan dari tungau berdasarkan letak stigma yang berada di bawah koksa (pangkal tungkai) ke-4. Caplak juga memiliki karakter-karakter khas tersendiri pada hipostoma, memiliki oseli/mata, tetapi tidak memiliki epistoma, corniculi, dan tritosternum (Haryono et al. 2008).
Gambar 5 Morfologi Ixodes sp. (dorsal), (a) gnathosoma, (b) idiosoma, dan (c) tungkai (Dwibadra 2008).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar